Kamis, 17 Februari 2011

Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta








Dilihat dari sejarahnya, kata "grebeg" berasal dari kata "gumrebeg" yang berarti riuh, ribut, dan ramai. Tentu saja ini menggambarkan suasana grebeg yang memang ramai dan riuh. Grebeg sendiri merupakan upacara adat berupa sedekah yang dilakukan pihak kraton kepada masyarakat berupa gunungan. Grebeg Maulud Sekaten di Yogyakarta dilaksanakan hari ini, Rabu, 16 Pebruari 2011 bertepatan dengan tanggal 12 Mulud 1944 (dalam hitungan tahun Jawa). Puncak acara Sekaten dengan diusungnya Gunungan dari Keraton menuju pelataran Masjid Gedhe Yogyakarta untuk di berikan cuma-cuma kepada masyarakat. Seperti biasanya Gunungan akan dikawal oleh sepuluh macam bregodo/kompi prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis. Saat berangkat dari kraton, barisan terdepan adalah prajurit Wirabraja yang sering disebut dengan prajurit lombok abang karena pakaiannya yang khas berwarna merah-merah dan bertopi Kudhup Turi berbentuk seperti lombok. Dalam budaya keraton Yogyakarta setiap tahunnya mengadakan tiga upacara grebeg, yaitu Grebeg Syawal (Idul Fitri), Grebeg Besar (Idul Adha) dan Grebeg Maulud atau sering disebut Grebeg Sekaten (Maulid Nabi Muhammad).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar