Senin, 31 Januari 2011

Panorama Wunut Desa Sriharjo, Bantul






Kabupaten Bantul kaya akan daerah wisata, mulai wisata pantai, wisata  kuliner dan yang belum tergarap secara apik adalah wisata Panorama atau pemandangan. Wisata Panorama ini dapat dijumpai di daerah Wunut, tepatnya daerah ini berada di wilayah Desa sriharjo, dibawah wilayah pedukuhan wunut dan merupakan wilayah pedukuhan yang paling timur dari 13 pedukuhan yang menjadi kekuasaan Desa Sriharjo. Wunut yang berada di lembah bukit Seribu kaya akan daerah wisata, daerah wunut yang berada di daerah aliran sungai Oyo ini mempunyai kekayaan daerah untuk memanjakan mata. Menjelang sore, saat sang surya akan kembali ke peraduan, menciptakan sun set yang begitu elok dipandang mata.
Ketika berada di RT 04 daerah yang berbatasan dengan desa Mangunan, diatas ketinggian 230 m dpl, apabila mata memandang ke arah barat, akan terlihat aliran sungai Oyo yang berkelok-kelok, dan semakin jauh mata memandang akan terhampar pemandangan yang sangat indah, bukit di kanan kiri daerah aliran sungai Oyo menunjukan kegagahanya.
Selain itu, ketika kita memandang sedikit ke bawah akan terlihat indahnya “jembatan gantung” yang menghubungkan dengan desa Sela pamioro, sebelum dibangun jembatan ini Wunut adalah daerah yang terisolir dengan daerah lain.
Keberadaan jembatan gantung yang dibangun pada tahun 2004 silam oleh pemerintah daerah, sudah banyak terekam dalam kamera digital, kamera video. Bahkan telah beberapa kali digunakan untuk syuting sinetron dan untuk kepentingan promosi dan dokumenter. Artinya keindahan yang tercipta adanya jembatan gantung tersebut sudah diakui oleh orang luar.
Sayangnya potensi ini belum digarap secara optimal oleh pemerintah desa Sriharjo, seandainya aparat desa jeli dalam melihat potensi ini tentunya akan memberikan tambahan pendapatan asli daerah yang lumayan besar. Hal ini terlihat jelas ketika sarana jalan yang mengakses ke daerah Wunut ini belum semuanya teraspal seluruhnya.
Untuk menuju daerah Wunut, ada dua jalur alternatif yang dapat diakses pengunjung roda empat dan roda dua. Namun untuk jenis roda empat tidak dapat menyeberang, karena sarana jembatan yang menghubungkan tidak ada. Dibangunya jembatan gantung tersebut fungsinya darurat untuk memutus keterisolasinya daerah Wunut dan Selo.
Jalur yang pertama : Melewati jalan utama Imogiri-Panggang km. 5.1 (SMP 2) belok kearah timur, pengunjung akan melewati jalan yang beraspal kurang lebih 1 km. Selanjutnya, jalanan akan terasa tidak nyaman karena jalan ini rusak karena digunakan lalu-lalang truk pengangkut urug tanah suatu proyek beberapa tahun silam. Tetapi sampai selesai proyek tersebut tidak diperbaiki oleh kontraktor, jalanan seperti ini akan dirasakan kurang lebih 1 km kemudian akan menemukan jalan beraspal hotmix mulus dengan panjang kurang lebih 2 km (sampai wilayah kedungmiri) sedangkan selanjutnya akan melewati jalan cor beton yang baru dibangun oleh masyarakat sampai ke Wunut.
Jalur ke dua adalah melewati jalan desa Selopamioro.
Apabila ada kesadaran dari warga dan didukung oleh Aparat Pemerintah Desa Sriharjo, untuk mengembangkan wilayahnya tentunya potensi wisata panorama tersebut dapat dikembangkan kearah yang lebih baik. Sehingga tingkat perekonomian dan kesejahteraan warga dapat ditingkatkan. Namun usaha kearah tersebut masih panjang, karena kesadaran yang tinggi dan perencanaan pengembangan yang matang maka akan mendukung keberhasilan terwujudnya daerah wisata panorama.
Sikap-sikap yang selama ini menggantungkan uluran bantuan dari pihak lain, membuat warga disekitar tidak mampu mengembangkan wilayahnya sendiri, sikap mandiri warga masyarakat sekitar yang rendah menambah perjalanan panjang untuk lepas dari keterisolasian. Kepedulian pihak-pihak terkait sangat dibutuhkan untuk melepaskan penderitaan warga sekitar.
sumber: http://wisata.kompasiana.com
foto: rumputilalang

Minggu, 30 Januari 2011

Wisata Tirta Bendung Tegal

Yogyakarta (ANTARA News) - Bendung Tegal di Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), memiliki potensi menjadi objek wisata air, kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Tazbir. "Bendung ini seluas tiga hektare dengan lebar bendungan sekitar 100 meter, dan memang ideal untuk dikembangkan menjadi objek wisata air terpadu. Saya telah melihat lokasinya, dan saya nilai cocok menjadi objek wisata air," katanya di Yogyakarta, Jumat. Menurut dia, lokasi bendung itu cukup ideal untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata air terpadu, sehingga di masa mendatang Bendung Tegal bisa menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi wisatawan terutama wisatawan nusantara (wisnus). Selama ini Bendung Tegal sudah sering digunakan untuk berbagai kegiatan olah raga di antaranya dayung, perahu naga (dragon boat), dan olah raga air lainya serta olah raga memancing.  Bahkan, kata dia, untuk upacara Peh Cun juga menggunakan Bendung Tegal. Ia mengatakan untuk menuju lokasi Bendung Tegal, akses jalan sangat mudah. Jalannya sudah beraspal. Hanya saja, jalan yang dibangun di kiri dan kanan bendung perlu diperkeras, sehingga kalau musim hujan tidak becek atau licin.  "Sedangkan fasilitas yang ada saat ini yakni gardu pandang, dan rencananya di lokasi itu akan dibangun dermaga untuk perahu wisata," katanya.  Menurut dia, potensi wisata air lainnya di Kabupaten Bantul adalah objek wisata susur Sungai Opak yang melintasi wilayah Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis.  Objek wisata tersebut tergolong masih baru, namun memiliki potensi besar untuk menjadi objek wisata air unggulan.  Ia mengatakan bentangan sungainya panjang, dan lebarnya ideal untuk sebuah perahu wisata. "Belum lagi pemandangan di kiri kanan Sungai Opak masih asli," katanya.  Menurut dia, kalau dioptimalkan, wisata air Sungai Opak ini tentu akan menjadi `magnet` baru bagi wisatawan untuk berkunjung ke Bantul.  Wisata susur Sungai Opak ini, menurut Tazbir perlu dikembangkan dengan penambahan fasilitas baru berupa dermaga perahu dan plasa informasi.  "Sedangkan untuk membersihkan sampah yang bertebaran di sepanjang sungai, dirinya akan berkoordinasi dengan beberapa sekolah maupun pergurun tinggi pariwisata di Yogyakarta untuk menerjunkan para siswa maupun mahasiswanya mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) dengan program Bersih Sungai Kali Opak," katanya.(*)
sumber: http://www.antaranews.com






foto: rumputilalang

Jumat, 28 Januari 2011

Jembatan Kereta Api Krasak

letaknya berdampingan dengan jembatan krasak

dulu pernah dipakai sebagai jalur Djogja-Magelang

di sebelah timurnya adalah jembatan Krasak

bangunan penyangga

aktivitas penambangan pasir di kali Krasak

Kamis, 27 Januari 2011

Kondisi Desa Jumoyo kini

penjual es diantara lautan pasir

batu-batu besar pun ikut terbawa

sebagian badan jalan yang ambrol terkena lahar dingin

aktivitas penambangan pasir

pasar Jumoyo yang beralih fungsi

refleksi

tinggal ranting-ranting

alat berat yang terjebak lahar dingin

samar-samar gunung Merapi tampak dari jauh

melintas di antara lubang galian

Berkunjung ke Gereja Salib Suci Gunung Sempu









Bukit ini ada di sebelah selatan batas kota Yogyakarta, tepatnya di bagian ujung timur Kompleks Perumahan PPLH Gunung Sempu. Jln Rakai Hino, PPLH Gunung Sempu, Tamantirto, Kasihan, Bantul. ( Sesampai di Ring Road Selatan ikuti arah menuju Badan Dikat Propinsi DIY, jalan tanjakan ada konblok belok kiri ).
Sarana utama Ziarah Salib Suci adalah Salib besar tanpa corpus yang terletak di Panti Novena. Di bawah salib  ini, para peziarah bersimpuh untuk menyadari segala kekurangan dan dosa. Menyampiakan segala beban berat dan tantangan hidup, kemudian mohon agar semuanya itu dipersatukan dengan kurban Kristus melalui jalan salibNya, sehingga menemukan kehendak Allah untuk berani bangkit berdiri  melanjutkan pziarahan hidup.

Rabu, 26 Januari 2011

Jembatan Merah Kembaran

dari sisi barat bagian bawah jembatan

dari sisi timur bagian bawah jembatan

refleksi jembatan

jembatan dari sisi utara

sungai yang mengalir di bawahnya

bersama keluarga melewati jembatan


Lokasi jembatan ini dekat dengan Padepokan Bagong Kussudiardjo yaitu di Kel. Tamantirto, Kec. Kasihan, Kab. Bantul DI Yogyakarta.

Selasa, 25 Januari 2011

"Crop Circle" Yogya Jadi Objek Wisata

Ribuan masyarakat mengunjungi "crop circle" yang baru-baru ini muncul di area persawahan Dusun Rejosari dan Dusun Jogomangsan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Fenomena yang dikaitkan dengan jejak UFO tersebut pun mendadak menjadi objek wisata baru.
Masyarakat dari berbagai daerah di Sleman, Yogyakarta dan sekitarnya mulai memadati lokasi penemuan ini sejak Selasa (25/1/2011) pagi. Bahkan ada pula masyarakat yang rela mendaki bukit Suruh di sisi utara lokasi untuk menyaksikan fenomena tersebut.
"Banyak pengunjung yang bersedia mendaki bukit yang licin, untuk itu beberapa warga berinisiatif untuk membantu agar para pengunjung tidak terpeleset dan jatuh," kata warga setempat Joko. Joko menceritakan penduduk pun memanfaatkan banyaknya pengunjung yang datang untuk menambah pemasukan kas desa. Mereka membuat jasa parkir serta menjual foto "jejak UFO".
"Foto-foto ini sangat laris bahkan ada satu warga yang mencetak 300 lembar langsung habis hanya dalam satu jam saja," katanya. Ia mengatakan untuk dana perolehan parkir juga dibagi untuk menutup kerugian pemilik sawah.
"Pemilik sawah ini ada enam orang dan mereka ini kemungkinan akan mengalami kerugian karena sawahnya rusak," katanya. Ia mengungkapkan sejumlah warga mengaku tidak mendengar ada sesuatu yang mencurigakan sebelumnya.
"Sejumlah warga masih begadang di pinggir jalan sini hingga pukul 01.00 dinihari. Jadi kalau ada suara bising, pasti kami juga mendengar," katanya.
sumber: antara
G.Suru dilihat dari bawah

landscape di sekitar  G. Suru

crop circle yang terbentuk di Dusun Rejosari dan Dusun Jogomangsan, Desa Jogotirto

tidak lupa mengabadikan

penjual minuman juga ikut menawarkan minuman

antri untuk naik bukit

jalan menuju bukit

melewati persawahan

himbauan masyarakat sekitar

areal persawahan yang sudah diberi garis polisi
foto: rumputilalang