Sabtu, 28 April 2012

Panas-Panas Mampir ke Situs Gua Siluman

papan penanda situs
Satu lagi tempat pesanggrahan yang telah saya kunjungi, yang pertama di  Situs Pesanggrahan Warung Boto dan yang ke dua Situs Pesanggrahan Gua Siluman. Gua di sini jangan anda bayangkan seperti gua alami yang di kelilingi pepohonan rimbun, tetapi gua di sini merupakan bangunan peninggalan kerajaan Mataram.
petirtaan Gua Siluman
Tidak banyak orang yang mengenal atau mengetahui Situs Pesanggrahan Gua Siluman. Orang lebih mengenal Istana Air Taman Sari dari pada Situs Pesanggrahan Gua Siluman. Tapi, di balik ketidakpopulerannya, pesanggrahan ini sebenarnya pernah berfungsi penting bagi kalangan Kraton Yogyakarta, sebagai tempat bertapa.
lorong utama
Letak Situs Pesanggrahan Gua Siluman berada di Dusun Wonocatur, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di jalan yang menghubungkan Ring Road Timur Yogyakarta dengan wilayah Berbah, Sleman. Ditandai adanya tembok tinggi setebal 75 cm di sisi selatan yang warnanya sudah mulai menghitam dan papan penanda yang tak kalah usang, bahkan tulisan yang tertera nyaris tidak terlihat jika dibaca sepintas.
lorong yng tembus di sisi kiri jalan
Situs Pesanggrahan Gua Siluman hampir sama dengan Situs Pesanggrahan Warung Boto yang membedakan tempat ini mempunyai banyak lorong yang terhubung satu dengan yang lainnya, mungkin ini yang disebut dengan gua. Saya menghitung ada 4 lorong, lorong yang berada di sisi kiri jalan merupakan gerbang utama dari situs ini. Lorong utama berada tepat di bawah jalan raya menuju Berbah. Kondisi dasar lorong tergenang air yang membuat saya mengurungkan niat untuk memasuki lorong. Pada lorong di sisi timur terdapat kolam persegi empat yang masih terisi air.
lorong berisi kolam
Pada bagian depan lorong utama atau sisi selatan terdapat dua kolam yang cukup besar, tetapi sekarang sudah beralih fungsi menjadi kolam ikan. Kata penjaga situs, kolam itu miliknya. Karena sudah ada penjaga, kondisi situs sudah terlihat bersih. Dari beberapa foto yang saya cari di internet dahulu keadannya memprihatinkan, di sekitar lorong masih banyak sampah padahal di depan sudah terpasang tulisan benda cagar budaya dan perlindungan undang-undang. Penjaga bilang kalau setiap malam Selasa atau Jumat Kliwon tempat ini ramai para peziarah yang mau ngalap berkah.
burung Beri Lanang (jantan)            burung Beri Wadon (betina)
Berkeliling ke sisi barat daya, terdapat satu buah kolam air lagi yang berbentuk lingkaran. Kolam itu dihiasi dengan arca burung Beri dengan paruhnya yang menonjol. Bentuknya sangat unik, terutama karena paruhnya sekaligus berfungsi sebagai pancuran air tetapi sekarang pancurannya sudah tidak ada. Kolam serupa juga terdapat di sebelah tenggara, namun arcanya sudah mengalami kerusakan dan air kolamnya sudah tidak bersih lagi cenderung hijau bercampur tanaman air.
Situs Gua Siluman tampak dari atas

dua kolam yang beralih fungsi
Untuk menuju lokasi situs dapat dicapai melalui jalan raya dari pertigaan Janti, Yogyakarta menuju ke arah selatan (mengikuti jalan arteri /ring road selatan) sampai di Dusa Wanacatur. Pada perempatan Jalan Gedong Kuning-Ring Road Selatan pengunjung membelok ke arah timur (jalan yang menghubungkan Kalurahan Gedong Kuning dengan Kalurahan Berbah) kurang lebih 300 meter, maka sampailah di lokasi situs Gua Siluman.

Pangkas Rambut Pinggiran

Namanya Pak Rustam tapi biasa di panggil  Pak Atam.
saatnya bekerja
Beliau berprofesi sebagai tukang pangkas rambut pinggiran atau tukang cukur bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Beliau biasa menempati di jalan RE. Martadinata Pemalang, Jawa Tengah. Memulai usaha jasa potong rambut dari tahun 1968.
dari balik kaca
Kalau pagi hari menempati trotoar di sisi timur jalan, jam kerjanya dari pukul 8 pagi sampai pukul12 siang. Akan dilanjutkan lagi pukul 1 siang, tetapi posisinya berada di sisi barat jalan. Mengapa berpindah?
Karena di tempat bekerja beliau tidak ada penutupnya, mending kalau di bawah pohon besar bisa teduh maka mau tidak mau beliaau harus berpindah di sisi barat  jalan yang ada tembok tinggi agar tidak terkena teriknya sinar matahari.
peralatan pangkas rambut
Karena penasaran saya pun mencoba untuk merasakan dipotong rambut oleh pak Atam. Setelah menunggu satu orang yang dipotong akhirnya gilirang saya. Sambil memotong rambut saya dari pada diem saja saya mencoba akrab hehehehe....saya tanya pengalaman beliau. Kemudian beliau bercerita, menjalani profesi sebagai tukang pangkas rambut sudah sejak remaja, dulu tempat beliau bekerja sebelum di jalan RE. Martadinta berada di dekat alun-alun Pemalang.
memulai jasa sejak 1968
Banyak kisah yang beliau ceritakan mulai dari jaman pemberontakan PKI sampai pemilihan Bupati Pemalang dari periode dahulu sampai sekarang beliau masih ingat. Dari pemerintahan Presiden Soeharto sampai pemerinthan Presiden SBY beliau juga bisa menceritakannya.
gunting cukur
Jangan anggap remeh rakyat kecil, meskipun beliau dari kalangan bawah tapi pengetahuan beliau cukup luas karena beliau biasa baca koran setiap hari. Akhirnya rambut saya pun selesai dipotong, ongkosnya Rp 6000 rupiah, meskipun hasilnya tidak sesuai harapan tetapi tidak apalah mungkin karena asyik ngobrolnya jadi gak konsen motongnya.
mencukur langganan
Sebenarnya banyak sekali tukang cukur seperti Pak Atam di daerah Pemalang, seperti di daerah Pasar Pagi tidak cuma satu tetapi ada beberapa tukang cukur yang berderet memanjang ke samping tetapi usia mereka rata-rata masih muda. Tetapi entah mengapa saya tertarik aja dengan sosok beliau yang tua dengan peralatan yang tak kalah tua juga. Itulah sedikit cerita dari sesama masyarakat dari lapisan bawah, banyak sekali pesan moral yang saya dapt dari beliau. 

Jumat, 20 April 2012

Suatu Pagi di Kali Putih

Hari minggu di awal bulan April 2012 langit di atas kali Putih Muntilan begitu cerah, saya bersama istri akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan pagi di sekitar kali putih. Kali Putih berada di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 
aktivitas penambangan pasir
Gunung Sumbing tampak dari jauh
Tahun 2010 Kali Putih sempat diterjang lahar dingin dari Gunung Merapi yang mengakibatkan pemukiman di daerah Jumojo habis diterjang material gunung berupa batu besar dan pasir.
puing rumah yang diterjang lahar dingin
jalan masuk Desa Jumoyo
Sekarang tempat ini juga bisa dijadikan wisata alternatif, karena letaknya yang berada di jalur Yogyakarta-Magelang memudahkan para pengendara yang melintas untuk mampir. Bermacam alasan para pengunjung yang datang ke Kali Putih antara lain penasaran ingin melihat secara langsung kondisi daerah yang porak poranda, akibat diterjang banjir bandang dari perut Merapi.
jembatan Kali Putih
Ramainya warga yang mengunjungi Kali Putih dimanfaatkan oleh para pedagang minuman, gantungan kunci dan VCD dadakan untuk membantu ekonomi keluarga. Pendapatan para pedagang lumayan banyak jika sedang hari libur, karena banyak yang datang baik dari kota Magelang maupun dari luar kota.
turis pun juga datang
Matahari pun sudah beranjak naik, panas pun sudah terasa di kulit akhirnya jalan-jalan pagi saya akhiri. Bagi sobat rumputilalang yang tertarik datang, silahkan berkunjung ke Kali Putih dijamin gratis.

Rabu, 18 April 2012

Berebut Gunungan Gethuk

Hari minggu kemarin(15/04/2012) adalah hari yang spesial untuk warga kota Magelang karena merupakan puncak rangkaian peringatan Hari jadi Kota Magelang ke-1106. Jadwal yang tertulis di FB Wisata Magelang dimulai pukul 8 pagi. Karena ingin mengabadikan persiapan acara maka saya dan istri tercinta putuskan untuk berangkat pagi dari Yogyakarta berangkat pukul 6 pagi sehingga masih ada waktu satu jam untuk mengambil beberapa gambar persiapan para peserta.
dua gunungan yang akan diperebutkan

salah satu kelompok peserta
Ternyata prosesi acara mundur satu jam dari jadwal semula yang seharusnya di mulai pukul 8 menjadi pukul 9. Prosesi dibuka dengan arak-arakan rombongan Wali Kota Magelang beserta segenap jajarannya dari Masjid Agung Kota Magelang menuju panggung kehormatan di sisi timur alun-alun. Kemudian dilanjutkan dengan upacara Jawa, dimana seluruh peserta upacara mengenakan pakaian adat Jawa. Tidak hanya pakaian, aba-aba dan sambutan inspektur upacara pun menggunakan bahasa Jawa.
orkes Kluntung Topeng Ireng
Setelah Upacara resmi selesai masyarakat disuguhi tarian trdisional kolosal yang menarik dan spektakuler, dipentaskan oleh lebih dari 190 penari yang merupakan pelajar dan putra-putri Kota Magelang alumni ISI Yogyakarta dan Surakarta. Mereka menarikan tari Laskar Kolosal dan tari Undhuk Kolosal dan Orkes Klunthung Topeng Ireng.
para penari wanita

Kemudian usai pertunjukkan sendratari berjudul Dumadining Kutho Magelang yang diperankan oleh seniman-seniman Magelang, acara puncak yaitu grebeg gethug pun seger dimulai. Masyarakat beramai-ramai memperebutkan gunungan gethuk dan hasil bumi.

Dipilih gethuk karena gethuk merupakan makanan khas kota Magelang yang terbuat dari bahan bahan dasar ketela pohon. Gunungan gethuk disusun sedemikian rupa menyerupai Gunung Tidar dan Water Torn sebagai simbol kota ini. Prosesi ini memang yang dinanti-nantikan masyarakat, sebab mereka bisa ramai-ramai berebut gethuk dan hasil bumi dan hanya diselenggarakan setahun sekali. Gethuk yang diperebutkan benar-benar gethuk yang bisa dimakan oleh masyarakat dan bukan sekadar replika.
masyarakat antusias berebut gethuk
Rangkaian prosesi tersebut dilanjutkan dengan kirab budaya (karnaval kesenian) yang diikuti oleh belasan kelompok peserta yang menampilkan sejumlah tarian kesenian tradional serta mobil-mobil hias nan unik menarik. Mereka berkeliling di sepanjang jalan-jalan utama kota Magelang.