Senin, 09 Desember 2013

Tidak Sengaja Lihat Kesenian Sintren

para pemain sintren
Hari jumat kemarin (06/12/13) saya bersama istri tercinta kira-kira jam setengah delapan sayup-sayup kami mendengar suara gending-gending seperti gamelan dimainkan. Kami mengira itu suara musik dari suatu hajatan tetangga.
Karena penasaran kami keluar rumah, ternyata di luar sudah banyak berkerumun orang-orang seperti menonton suatu pertunjukkan. Kami pun mencoba mendekati kerumunan, ternyata suara gamelan tadi berasal dari pertunjukkan sintren.

Tentang Sintren
Sintren adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Banyumas, Kabupaten Kuningan, dan Pekalongan. Kesenian Sintren dikenal juga dengan nama lais. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono. Pinjem dari situs terkenal.
para pemain cowok
Seumur hidup saya baru pertama kali melihat kesenian sintren, dulu pernah denger tapi belum pernah melihat secara langsung. Kelompok kesenian yang tampil bernama Kelompok Sintren Gebyar Pemalang, selama dua hari akan pentas di kampung kami.
pemain yang sudah kerasukan
Kesenian sintren dimainkan oleh tiga orang, satu orang cewek dan dua orang cowok yang saya melihatnya cowok lemah gemulai hahaha...Peran dua orang cowok hanya sebagai pendamping yang utama adalah si cewek.

Yang special dari kesenian ini kalau saya melihatnya ketika si cewek di masukkan kedalam kurungan yang ditutup kain.Sebelum dimasukkan kurungan si cewek tangannya diikat ke belakang dengan bagian bawah sudah mengenakan jarit atau kebaya. Setelah dimasukkan kedalam kurungan si cewek akan berganti pakaian secara cepat. Setelah kurungan dibuka pemain cewek sudah berganti kostum seorang penari komplit dengan bunga-bunga tetapi matanya tertutup kaca mata hitam.
mempersiapkan kemenyan baru
Setelah para penari kerasukan roh, mereka akan dibawa turun panggung didampingi seorang pawang menghampiri para penonton sambil meminta saweran.
Karena sudah cukup larut malam, sang istri yang tidak terbiasa menonton pertunjukkan dengan berdiri terlalau lama akhirnya mengajak pulang, sebenarnya kalau saya masih betah kalau disuruh nonton kesenian yang berbu budaya.

1 komentar:

  1. Gak mudah memotret acara2 budaya begini apalagi yang pencahayaannya temaram, kalau gak keberatan noise sepertinya ISO3200 bisa membantu

    BalasHapus